
A.
Mengendalikan
Kecemasan
Cara mengatasi kecemasan yaitu :
1.
Konselor konsentrasi,
merenungkan, dan memahami kecemasannya
secara realistis.
2.
Konselor harus mampu
memilah sebab kecemasan.
3.
Ditentukan penyebab
yang tertinggi hingga yang teringan.
4.
Membuat alternatif
pemecahan masalah.
Berikut ini beberapa terapi
perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi dalam membantu mangatasi
gangguan kecemasan :
1.
Metode Desensitiasi
Deseensitiasi merupakan
metode untuk mengurangi respons emosional yang menakutkan, mencemaskan, atau
tidak menyenangkan melalui aktivitas yang bertentangan dengan respon yang
menakutkan. Metode ini berasal dari aliran konseling behavioral yaitu melalui
usaha yang dikondisikan dan dilakukan secara sistematik.
2.
Penyerahan Diri Pada
Tuhan Yang Maha Esa
Prinsip teknik ini
berprinsip pada ajarab agama bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah dan
Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya. Sehingga dengan kembali kepada Tuhanlah
manusia akan menemukan semua solusi melalui tawakal.
3.
Memperbaiki Kondisi
Banyak ahli berpendapat
untuk mengurangi kecemasan dan depresi diatasi melalui perbaikan kondisi tubuh
yaitu melalui olahraga, memperbaiki nutrisi.
4.
Mencari Jalan Keluar
Masalah
Terapi kognitif dapat
lebih efektif terhadap depresi dan kecemasan daripada obat-obatan. Untuk
mengubah pandangan negatif menurut ahli
psikologi kognitif Los Angeles, seperti Dr. Gary Emery, digunalan 3 metode,
yaitu :
a. Awareness (kesadaran),
dimulai dengan menyadari kondisi diri sendiri dan mengenali perubahan dan
gejala saat mengalami kecemasan dan depresi.
b. Answering (jawab),
c. Action (aksi)
5.
Bersikap Sosial dan
Memperbanyak Relasi Sosial
Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa dengan memelihara hubungan pribadi dengan orang lain sangat
banyak membantu meringankan kecemasan dan depresi daripada suka menyendiri.
6. Periksakan
Fungsi Thyroid
Menurut seorang
metabolik, Joanne Carson bahwa kebanyakan depresi disebabkan karena
ketidakseimbangan hormonal. Sehingga untuk mengetahui lebih jelas sebaiknya
diperiksakan.
7. Periksa
Obat-Obatan yang Dikonsumsi
Obat yang diminum dapat
mempengaruhi tubuh dan menimbulkan efek samping pada perasaan sehingga
menyebabkan depresi sehingga sangat penting sekali untuk memeriksa obat-obatan
yang diminum.
B.
Aspek
Intelektual
Aspek intelektual merupakan aspek yang
sangat penting bagi konselor. Melalui kemampuan intelektual seorang konselor
memberikan altrernatif pemecahan masalah bagi klien. Oleh karena itu seorang
konselor harus terus berlatih dalam rangka meningkatkan intelektual. Berikut
ini latihan-latihan yang dapat diupayakan untuk meningkatkan intelektual :
1. Latihan
Intuisi. Intuisi merupakan kecerdasan untuk segera dan mereflektif mengambil
informasi yag ada dalam perilaku nonverbal dan verbal. Seorang konselor harus
memilik pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan agar memiliki kekuatan
intuisi.
2. Latihan
Kemampuan Dramatik. Kemampuan dramatik merupakan kemampuan memerankan suatu
peran dengan mengungkapkan gaya bicara, emosional, dan gerak nonverbal sesuai
dengan skenario. Kemampuan dramatik memiliki dampak bagi calon konselor yaitu :
(1) membuat kepekaan terhadap berbagai perilaku klien terutama nonverbal. (2)
sebagai saranana penyaluran perasaan dan ide sehingga membantu konselor untuk
menjadi asli, jujur dan terbuka.
Beberapa latihan yang dapan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dramatik yaitu
: latihan memerankan, latihan menulis drama kecil,
3. Kemampuan
Humor. Melaui humor maka akan mencairkan ketegangan dan kecemasan, namun humor
yang dugunakan harus sesuai dengan aturan dan tidak berlebihan. Beberapa syarat
humor yang baik yaitu :
a. Menggunakan
humor pada situasi yang tepat.
b. Objek
humor harus disesuaikan dengan situasi lingkungnan.
c. Jangan
terlalu lama menggunakan humor.
d. Melakukan
diskusi dan evaluasi bersama pelatih dan pengamat.
4. Latihan
Sikap Fleksibel, yang termasuk sikap fleksibel yaitu :
a. Menahan
emosi saat klien mengemukakan sikap, emosi, pikirannya, dan selalu bersikap attending.
b. Menciptakan
suasana kondusif, sehingga klien dapat merasa nyaman dan membuka diri.
c. Mengemukakan
persetujuan terhadap ide klien yang baik dan mendiskusikan ide klien yang
kurang baik.
d. Mengembangkan
ide klien yanng baik bersama klien agar klien mampu memecahkan masalah.
C.
Komunikasi
Konselor
Pada dasarnya terdapat
tiga pola komunikasi, yaitu :
1. Komunikasi
dengan tingkat keterlibatan konselor rendah (Under-participation), peilaku komunikasi ini dapat terlihat baik
secara verbal (kalimat pendek, ucapan sering tidak diteruskan, terkadang
mencela klien, kurang merespon) dan secara nonverbal (kaku, posisi badan menjauhi
klien, mata sering berpaling, bahu membungkuk,, dll ), secara paralanguage
(suara lunak, lemah, respons cenderung diam). Hal ini dapat disebabkan karena :
a. Takut
terlibat dengan klien dan masalahnya
b. Adanya
kecemasan atau sikap tertentu yang berhubungan ddengan ego.
c. Kurang
berminat dengan kehidupan konseling.
2. Komunikasi
dengan tingkat keterlibatan konselor tinggi (over-participation), gaya komunikasi konselor sebagai upaya untuk
menutupi kecemasan, berorientasi pada aksi, senang menyampaikan pernyataan
konfrontatif, sering melompat pada kesimpulan tanpa kesadaran dan pertimbangan
klien. Pada komunikasi sini secara verbal memiliki ciri berbicara dengan kata
tak berguna, sering mengulang-ulang kata, respons panjang-panjang dan sering
menyimpang dari topik. Secara nonverbal banyak gerakan tubuh dan gelisah,
banyak semangat dan ekspresi membingungkan. Secara paralanguage tempo bicara
cepat, nada suara tinggi dan keras.
3. Keterlibatan
konselor mengacaukan (distracting
participation), dalam berkomunikasi konselor kesulitan memfokuskan diri
terhadap pesan utama atau masalah klien. Perilaku ini memiliki ciri secara
verbal yaitu ucapannya membingungkan, pernyataan sebagai respon tidak mengenai
stimulus utama dan menyimpang, pembicaraan sering menyimpang topik. Secara
nonverbal respon kurang sesuai dengan stimulus, tertawanya kadang menandai
kegugupan.
Untuk
membina profesionalitas maka dibutuhkan latihan. Menurut Ferber (1972) ada
empat program latihan, yaitu :
a. Pengantar
dan orientasi konseling, kegiatan ini bersifat teoritis yang berujung pada
desain praktek yang terencana dan sistematik
b. Pengamatan
terhadap praktek lapangan yang dilakukan trainee
c. Micro counseling,
adalah pelatihan setiap teknik dalam bentuk simulasi.
d. Macro counseling, adalah
latihan dengan menggunakan semua teknik yang telah dilatihkan terhadap klien
keluarga secara simulatif,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar