a.
Pengertian Trauma Healing
Secara
bahasa healing artinya menyembuhkan,
dalam konteks trauma healing disini
dapat artikan sebagai usaha menyembuhkan seseorang dari trauma.Trauma healing berhubungan erat dalam upaya mendamaikan, hal ini tentang
membangun atau memperbaiki hubungan manusia yang berkaitan dengan mengurangi
perasaan kesepian, memperbaiki kindisi kejiwaan, mengerti tentang arti
kedamaianmengurangi perasaan terisolasi, kebencian, dan bahaya yang terjadi dalam hubungan antar
pribadi. (Paula dan Gordon: 2003).
Judith
Herman mengatakan bahwa menyembuhkan
trauma (trauma healing) adalah langkah untuk menggerakan tiga hal yaitu,
dari perasaan bahaya pada perasaan nyaman dan aman, dari perasaan menolak kondisi pada penerimaan
kondisi, dan dari perasaan terisolasi pada kemampuan membangun hubungan sosial (2003:
13).
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa trauma healing adalah usaha untuk kembali menyembuhkan seseorang
dari trauma untuk kembali menerima
kondisi dan mampu bangkit kembali baik secara kejiwaan atau kehidupan sosial.
b.
Konsep Dasar Trauma Healing
Menurut
Paula dan Gordon (2003: 1) tujuan akhir dari trauma healing adalah membuat seseorang untuk dapat menerima dan menyatukan pengalaman trauma, kesedihan, dan membentuk kehidupan baru dengan
keyakinan dan pengertian yang baru.
Menurut
Herman (2003: 13) terdapat tiga langkah untuk membantu menyembuhkan seseorang
dari pengalaman trauma, tiga hal tersebut yang menjadi dasar dalam membantu
memulihkan trauma, yaitu:
1. Safety adalah membangun perasaan aman dalam lingkungannya.
2. Acknowledgment adalah penerimaan. Melalui storytelling secara detail dan mendalam diharapkan seseorang
meyakini bahwa peristiwa – peristiwa trauma merupakan bagian dari proses
kehidupan dan tantanganakan melahirkan keyakinan yang baru untuk dapat kembali
bangkit.
3. Reconnection, setelah memiliki keyakinan dan penerimaan terhadap
kondisi maka hal terpenting selanjutnya adalah memperbaiki kembali hubungan
sosial dan membangun kembali kepercayaan, harapan, dan saling pengertian.
Trauma pasca
bencana merupakan gangguan psikologi yang berkepanjangan. Namun pada dasarnya
gangguan tersebut dapat disembuhkan dengan dua dasar hal ini berdasarkan
penelitian di bidang psikologi forensik (dalam Nurjannah, dkk. 2012: 19-20)
proses penyembuhan trauma pasca bencana didasarkan pada dua kondisi yaitu :
a.
Korban trauma memiliki teman dekat untuk dapat saling
berbagi dan saling memberikan semangat. Melalui kondisi ini korban trauma
dengan sendirinya akan menciptakan kondisi yang aman dan nyaman dengan
lingkungan sekitar. Berbeda apabila memilih sikap untuk diam dan menarik diri.
b.
Mereka tidak pernah pernah ingin melupakan kejadian yang
menyebabkan trauma. Pengalaman bencana yang dialami dijadikan
sebagai sebuah pengalaman yang melekat dalam pikiran.
Mereka
menerima pengalaman yang menakutkan tersebut sebagai sebuah referensi bagi
kehidupan kedepannya.
Menurut Anita Gurian (2006 :
11) ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam proses pemulihan dan
pengembangan mental anak pasca bencana, baik itu sebelum terjadinya bencana,
pas bencana, dan setelah bencana.
1. Faktor kendala sebelum
Bencana:
a. Kesulitan dalam akademik.
b. Trauma sebelumnya atau
pengalaman kehidupan yang menyebabkan stress, seperti kematian, keuangan,
perceraian.
c. Gangguan emosional atau
perilaku.
d. Terbatasnya dukungan sosial
dan persahabatan.
e. Keterbatasan orang tua dalam
mengatasi dan memberikan harapan dan jaminan kepada anak–anak.
2. Faktor kendala selama
bencana:
a.
Pengalaman yang mengerikan saat kejadian
b.
Menyaksikan kematian orang yang dicintai, teman, atau
binatang peliharaan.
c.
Terpisah dengan anggota keluarga.
d.
Kehilangan rumah dan harta benda.
e.
Terluka secara fisik.
f.
Kehilangan anggota keluarga.
3.
Faktor kendala setelah bencana:
a. Perubahan gaya hidup setelah
bencana.
b. Relokasi, rumah baru,
sekolah baru.
c. Terpisah dengan teman dan
keluarga.
d. Gangguan dengan lingkungan
sosial.
e. Terbatasnya dukungan sosial
dari keluarga dan teman.
f. Terputusnya hubungan dengan
teman dan keluarga
g. Mengalami kembali kejadian
trauma melalui media
h. Relokasi tetap.
i.
Kehilangan harapan masa depan.
j.
Keyakinan tentang dunia yang tidak aman dan tidak terduga.
Menurut Echterling
(dalam Megawangi dan Amriel, 2006: 20), pendekatan yang dapat dilakukan terhadap
anak trauma pasca bencana harus memegang prinsip dasar yaitu:
a.
Seburuk apapun reaksi korban, pada dasarnya mereka tengah
bereaksi secara normal terhadap situasi yang tidak normal.
b.
Para korban tidak sendirian, ada orang lain yang senasib
dengan mereka, dan selalu ada pihak-pihak lain yang siap membantu.
c.
Para korban mampu mengatasi stress kronis dan tarauma pasca
bencana lewat cara-cara positif dan sehat.
Berikut ini
merupakan permainan dan aktivitas yang dapat membantu dalam pemulihan trauma
pasca bencana untuk anak usia 6-12 tahun yang dimodifikasi dari Karen DeBord
(dalam Megawangi dan Amriel,2006: 32 ) yaitu:
a.
Menggambar bebas.
b.
Menceritakan pengalaman anak.
c.
Membaca buku tentang bencana
d.
Menyediakan permainan yang berkaitan dengan bencana alam.
e.
Bermain sandiwara kecil tentang bencana.
f.
Games yang menyenangkan.
g.
Bernyanyi.
Berikut ini
hal-hal yang dapat dilakukan dalam penyembuhan
trauma bencana ada beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
a.
Mencoba untuk tetap nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan cara tetap melakukan rutinitas
sehari-hari, dengan kembali melakukan rutinitas pasca bencana sehingga dapat
mengurangi stress. Selain itu membuka diri dengan lingkungan sosial, karena
dengan begitu dapat saling memberikan dukunngan satu sama lainnya. Melawan ketidak berdayaan juga dapat membantu korban untuk mulai nyaman dengan kondisi
yang baru.
b.
Mengurangi media yang mengekspos, untuk beberapa orang
kadang kala dengan melihat gambar atau siaran ulang bencana akan dapat
menyebabkan timbulnya trauma, oleh karena itu sebelum kondisi membaik sebaiknya
tidak mengakses media.
c.
Mengakui dan menerima. Rasa
takut, sedih, khawatir, marah adalah perasaan yang wajar saat mengalami suatu
bencana, untuk mengurangi stress yang diakibatkan oleh pengalaman bencana
jadikan rasa takut, marah, sedih, dan khawatir sebagai bagian dari sebuah
proses karena hal tersebut sangat penting dalam rangka penyembuhan trauma.
d.
Melakukan hal-hal yang dapat
mengurangi stress seperti relaksasi dengan mediasi, mendengarkan musik,
jalan-jalan.
Peran lingkungan terutama orang tua memiliki peran penting dalam membantu
penyesuaian diri trauma pasca bencana. Menurut Anita Gurian (2006: 21),
dukungan yang dapat diberikan orang tua terhadap anak adalah sebagai berikut:
1.
Dorong anak untuk melakukan hobi
baru atau aktivitas sosial. Tetap dalam situasi yang menyenangkan dan terlibat
dalam kegiatan akan membantu mengalihkan perhatian setelah efek bencana.
2.
Dorong anak untuk menuliskan apa
yang mereka pikirkan, rasakan, dan penngalaman lainnya. Lewat menulis secara
tidak langsung anak akan berbagi pikiran mereka, hal ini akan membantu dalam
proses pemulihan.
3.
Dorong anak untuk menjaga
komunikasi dengan teman dekat.
4.
Mengatur kegiatan sosial untuk
anak dan teman–teman mereka. Dukungan sosial merupakan komponen penting setelah bencana.
5.
Dorong anak untuk membantu orang
lain.
6.
Meminta bantuan dari tenaga
professional.
Upaya dalam membantu menyembuhkan seseorang dari
trauma merupakan hal yang tidak mudah karena ini berarti membantu seseorang
untuk kembali membangun dan membentuk diri sendiri. Cara pandang seseorang yang
mengalami trauma adalah hal mendasar yang harus dibangun. Seseorang harus mampu
merubah cara pandang terhadap peristiwa yang terjadi, dari cara pandang
tersebut maka akan melahirkan keyakinan, harapan untuk masa depan. Selanjutnya
adalah lingkungan sosial. Manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri
sendiri. Dalam konteks trauma
healing lingkungan sosial menjadi salah satu faktor dalam membantu
seseorang dari trauma. Dukungan, dorongan sangat dibutuhkan dan hal ini akan
lahir ketika seseorang mampu membangun komunikasi social yang pada akhirnya akan
mehilangkan perasaan sepi, terasing, terisolasi dan sebagainya. Proses
pemulihan trauma tergantung pada faktor internal individu sendiri yang berupa
persepsi, keyakinan dan faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar individu
dapat berupa dukungan, aktivitas, dan lain-lain.
Materi yang sangat bagus. Ijin copy untuk referensi dan pendalaman.
BalasHapusTerimakasih saya bisa mengulang dan mengingat kembali ilmu yang pernah saya terapkan melalui tulisan ini. Semoga ini menjadi salah satu referensi bagi siapapun yang ingin mengetahui seputar trauma healing.
BalasHapusMenurut saya tulisan ini bagus dan mudah difahami. Maaf izin berbagi dg yang lain.