Setiap orang pasti pernah
mengalami kejadian yang hebat, mengejutkan, atau bahkan mengerikan.
Kejadian-kejadian tersebut seringkali akan mengganggu kondisi kejiwaan. Salah
satu peristiwa mengerikan yang mungkin dialami oleh seseorang adalah bencana
alam. Dampak dari bencana selain merusak
bangunan fisik juga dapat menimbulkan dampak psikologis. Bencana alam yang
terjadi seringkali dapat menyebabkan trauma bagi para korban.
“A traumatic event is an event beyond
the boundaries of ordinary human experience, overwhelming normal adaptive
responses, so that people lose their sense of control and connection. This
event differs from normal stress in its intensity and type; everyone reacts to
a traumatic event (Paula, Gordon 2003:9),.
Munculnya trauma pada masyarakat akibat dari bencana
merupakan reaksi yang wajar akibat stress. Ketakutan saat mengalami langsung bencana ditambah
lagi kesedihan karena kehilangan rumah, keluarga dan lainnya menjadi salah satu
sebab para korban bencana mengalai trauma. Selain itu perubahan kehidupan
setelah bencana dengan lingkungan sekitar selama di pengungsian, penyesuaian di
lingkungan baru dapat menambah tingkat stress yang semakin menambah trauma bagi
para korban bencana, dan dalam proses pemulihan hal tersebut membutuhkan waktu.
1.
Pengertian Trauma Pasca
Bencana
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian
yang sangat buruk seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.Trauma
adalah reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat
suatu peristiwa, kejadian atau pengalaman spontanitas atau secara
mendadak (tiba-tiba), yang membuat individu mengejutkan, kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri yang tidak
mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana yang disebutkan The American Psychological Association (2010), trauma as an
emotional response to a terrible event like an accident, rape or natural
disaster. Menurut James Drever
(dalam artikel, 2010) trauma adalah setiap luka, kesakitan atau shock
yang terjadi pada fisik dan mental individu yang berakibat timbulnya gangguan
serius. Sarwono
(dalam artikel, 2010) melihat trauma sebagai pengalaman
yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan bekas (kesan) yang mendalam pada
jiwa seseorang yang mengalaminya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa trauma muncul akibat seorang individu mengalami peristiwa yang luar
biasa yang secara tiba-tiba yang membuat korban kehilangan keseimbangan untuk
mengendalikan dirinya sendiri. Trauma pasca bencana dapat diartikan sebagai trauma
yang berkelanjutan setelah bencana terjadi sebagai akibat dari pengalaman yang
mengejutkan, mengerikan selama bencana.
2.
Jenis-Jenis Trauma
Berdasarkan kajian psikologi
(dalam Trauma: Deteksi Dini dan Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah
jenis-jenis trauma yang dilihat dari sifat dan
sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :
a.
Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau
pengalaman yang luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri
individu tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss
helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Akibat dari jenis trauma ini dapat menyerang
individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).
b.
Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada saraf pusat (otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras atau
pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan,
iritasi, dan sebagainya.
Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang
kesadaran, yang sifatnya sementara.
c.
Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang
bersumber dari kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh,
amputasi salah satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu
gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap
pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya
histeris atau fobia.
d.
Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu
jiwa dan medis dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari
stimulus-stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau
berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman.
Kondisi trauma
yang dialami anak, remaja dan dewasa juga mempunyai sifatnya masing-masing
sesuai dengan pengalaman, peristiwa atau kejadian yang menyebabkan rasa trauma,
yaitu ada trauma yang bersifat ringan, sedang/menengah dan trauma berat.
Kondisi trauma yang ringan, biasanya perkembangannya tidak berlarut-larut,
mudah diatasi dan hanya dalam batas waktu tertentu saja serta penanganannya
tidak membutuhkan waktu lama, demikian pula halnya dengan kondisi trauma yang
bersifat sedang atau menengah. Namun, jika keadaan trauma yang dialami individu
bersifat berat, ini biasanya agak sulit ditangani dan membutuhkan waktu yang
lama dalam penyembuhan. Adapun konseling yang akan diterapkan dalam kasus ini
adalah harus dilakukan secara kontinyu, penuh kesabaran, penuh keikhlasan dan
betul-betul ada kesadaran dari para profesional (orang-orang yang terlatih)
untuk menanganinya secara baik.
Berdasarkan pemaparan tentang jenis-jenis trauma serta sebab
terjadinya trauma, trauma bencana yang dialami oleh para korban erupsi Merapi
terutama anak-anak termasuk dalam
trauma psikologis. Pengalaman yang luar biasa pada saat kejadian erupsi
Merapi yang terjadi pada tanggal 5 November merupakan letusan terdahsyat
setelah seratus tahun letusan sebelumnya. Peristiwa
tersebut menyebabkan korban yang mengalami kejadian langsung kehilangan kontrol
diri sehingga mengganggu keseimbangan psikologis korban. Selain itu kondisi lingkungan baru baik itu di barak pengungsian, sekolah
membutuhkan yang penyesuaian menjadi beban mental tersendiri sehingga dapat
mengganggu keseimbangan mental yang pada akhirnya dapat mengakibatkan trauma.
3.
Penyebab Trauma
Peristiwa yang mengerikan dan mengejutkan yang dapat
menimbulkan gangguan kejiwaan merupakan salah satu respon emosional. Meurut
Henley (2005: 7), tahapan respon emosi yang dapat menimbulkan sakit kejiwaan
adalah respon terhadap stress yang berlebihan (2-3 hari), stress yang
berlebihan (1 minggu-1 bulan) , dan post
trauma stress disorder (lebih dari 1 bulan). Menurut Pusat Krisis Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia (2012), ada tiga hal yang mengakibatkan
terganggunya keseimbangan psikologis akibat dari bencana, yaitu:
1. Peristiwa bencana itu
sendiri yang mengerikan, mengejutkan, dan mengancam keselamatan jiwa.
2. Meninggalnya orang-orang
yang disayangi dan hilangnya harta benda yang dimiliki.
3. Kehilangan mata pencaharian
dan sulitnya memenuhi kebutuhan dasar hidup.
Menurut Paula dan Gordon (2003: 20) trauma disebabkan
karena beberapa hal, yaitu:
1.
Bencana alam
2.
Bencana yang disebabkan karena manusia
3.
Kehilangan logika
4.
Konflik dan kekerasan
Faktor penyebab trauma yang telah
disebutkan tersebut merupakan peristiwa yang mengejutkan dan mengerikan. Trauma
sebenarnya akibat dari tingkat stress yang tinggi. Karena stress terhadap peristiwa
yang telah terjadi berlebihan akhirnya akan meninggalkan bekas dalam jiwa dan
pikiran seseorang, hal inilah yang menyebabkan trauma. Selama individu yang
mengalami stress dapat membuat kontrol diri dan keyakinan yang kuat bahwa
segalanya akan kembali normal dan individu mampu untuk kembali bangkit maka trauma
dapat dihindari.
4.
Gejala Trauma Pada Anak Usia
Sekolah
Setiap anak yang mengalami
bencana alam sangat memugkinkan mengalami masalah psikologis mulai dari yang ringan
sampai dengan yang berat. Kondisi bencana yang dapat menimbulkan stress dan
trauma menurut University of Illinois
Extension Disaster Resources (Megawangi dan Amriel, 2006:
10-11) adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman atas kejadian
bencana yang menakutkan, menyaksikan tragedi kematian atau kehancuran.
b. Hancurnya rumah atau tempat
tinggal.
c. Tempat pengungsian yang
padat, tidak nyaman, serta penuh tekanan.
d. Butuhnya penyesuaian diri di
tempat pengungsian, sekolah, kawan baru, dan lainnya.
e. Terpisah atau kehilangan
anggota keluarga.
f. Tekanan ekonomi akibat
kehilangan mata pencaharian
g. Orang tua yang juga
mengalami stress sehingga kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
h. Melakukan pekerjaan orang dewasa.
i.
Berkurangnya waktu bermain.
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan munculnya trauma
pada anak, sehingga anak menunjukkan gejala-gejala stress setelah bencana atau
pasca-trauma (post-trauma stress
disorder). Gejala yang muncul tiap anak berbeda-beda sesuai dengan tingkat
usia dan kehebatan kejadian yang dialami oleh anak. Selain itu gejala muncul
secara berkepanjangan dan dalam waktu yang lama. Adapun gejala yang biasanya
sering muncul pada anak usia sekolah dasar yang mengalami trauma dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Gejala Trauma Pada
Anak
Usia
|
Akibat yang Normal
|
Reaksi Ketika sedang Stress
|
5-11 tahun
|
Perasaan gelisah, ketakutan
|
Perilaku regresif yang nampak
jelas (kekanak-kanakan)
|
Mengeluh
|
Gangguan tidur
|
|
Senang menempel pada orang
tua atau orang yang dianggap dekat
|
Takut terhadap cuaca
|
|
Pertanyaan yang agresif
|
Pusing, mual, timbul masalah
penglihatan dan pendengaran
|
|
Berkompetisi dengan
sebayanya/saudara untuk mencari perhatian orang lain
|
Ketakutan yang tidak
beralasan
|
|
Menghindari atau malas
sekolah
|
Menolak masuk sekolah, sulit
konsentrasi, senang berkelahi
|
|
Mimpi buruk dan takut gelap
|
Tidak dapat beraktivitas
dengan baik
|
|
Menyendiri dari kawan-kawan
|
|
|
Hilang minat/konsentrasi di
sekolah
|
|
Sumber : Ratna Megawangi, 2006 : 16
Selain gejala yang muncul tersebut, anak-anak menjadi
pemarah, suka berkelahi dan suka membuat
kekacauan. Gejala-gejala yang muncul tersebut tidak selalu dinampakkan.
Terkadang gejala yang muncul pada anak akan nampak setelah sepekan kejadian,
sebulan, atau setahun setelah kejadian.
sangat bermanfaat
BalasHapus