Minggu, 11 Mei 2014

Trauma pasca Bencana

Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian yang hebat, mengejutkan, atau bahkan mengerikan. Kejadian-kejadian tersebut seringkali akan mengganggu kondisi kejiwaan. Salah satu peristiwa mengerikan yang mungkin dialami oleh seseorang adalah bencana alam. Dampak dari bencana  selain merusak bangunan fisik juga dapat menimbulkan dampak psikologis. Bencana alam yang terjadi seringkali dapat menyebabkan trauma bagi para korban.
A traumatic event is an event beyond the boundaries of ordinary human experience, overwhelming normal adaptive responses, so that people lose their sense of control and connection. This event differs from normal stress in its intensity and type; everyone reacts to a traumatic event (Paula, Gordon 2003:9),.

Munculnya trauma pada masyarakat akibat dari bencana merupakan reaksi yang wajar akibat stress. Ketakutan saat mengalami langsung bencana ditambah lagi kesedihan karena kehilangan rumah, keluarga dan lainnya menjadi salah satu sebab para korban bencana mengalai trauma. Selain itu perubahan kehidupan setelah bencana dengan lingkungan sekitar selama di pengungsian, penyesuaian di lingkungan baru dapat menambah tingkat stress yang semakin menambah trauma bagi para korban bencana, dan dalam proses pemulihan hal tersebut membutuhkan waktu.


1.      Pengertian Trauma Pasca Bencana
Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat buruk seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.Trauma adalah reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu peristiwa, kejadian atau pengalaman spontanitas atau secara mendadak (tiba-tiba), yang membuat individu mengejutkan, kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri yang tidak mudah hilang begitu saja dalam ingatan manusia. Sebagaimana yang disebutkan The American Psychological Association (2010),  trauma as an emotional response to a terrible event like an accident, rape or natural disaster. Menurut James Drever (dalam artikel, 2010) trauma adalah setiap luka, kesakitan atau shock yang terjadi pada fisik dan mental individu yang berakibat timbulnya gangguan serius. Sarwono (dalam artikel, 2010) melihat trauma sebagai pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan bekas (kesan) yang mendalam pada jiwa seseorang yang mengalaminya.
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa trauma muncul akibat seorang individu mengalami peristiwa yang luar biasa yang secara tiba-tiba yang membuat korban kehilangan keseimbangan untuk mengendalikan dirinya sendiri. Trauma pasca bencana dapat diartikan sebagai trauma yang berkelanjutan setelah bencana terjadi sebagai akibat dari pengalaman yang mengejutkan, mengerikan selama bencana.

2.      Jenis-Jenis Trauma
Berdasarkan kajian psikologi (dalam Trauma: Deteksi Dini dan Penanganan awal, 2010) berikut ini adalah jenis-jenis trauma yang dilihat dari sifat dan  sebab terjadinya trauma yaitu sebagai berikut :         
a.       Trauma Psikologis
Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar biasa, yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa berkemampuan untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum. Akibat dari jenis trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).
b.      Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak) individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala. Implikasinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dan sebagainya. Penderita trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang kesadaran, yang sifatnya sementara.
c.       Trauma Psikosis
Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi atau problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh, yang menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman atau peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris atau fobia.
d.      Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis dianggap sebagai suatu penyakit yang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang dialami individu secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror, ancaman.
Kondisi trauma yang dialami anak, remaja dan dewasa juga mempunyai sifatnya masing-masing sesuai dengan pengalaman, peristiwa atau kejadian yang menyebabkan rasa trauma, yaitu ada trauma yang bersifat ringan, sedang/menengah dan trauma berat. Kondisi trauma yang ringan, biasanya perkembangannya tidak berlarut-larut, mudah diatasi dan hanya dalam batas waktu tertentu saja serta penanganannya tidak membutuhkan waktu lama, demikian pula halnya dengan kondisi trauma yang bersifat sedang atau menengah. Namun, jika keadaan trauma yang dialami individu bersifat berat, ini biasanya agak sulit ditangani dan membutuhkan waktu yang lama dalam penyembuhan. Adapun konseling yang akan diterapkan dalam kasus ini adalah harus dilakukan secara kontinyu, penuh kesabaran, penuh keikhlasan dan betul-betul ada kesadaran dari para profesional (orang-orang yang terlatih) untuk menanganinya secara baik.
Berdasarkan pemaparan tentang jenis-jenis trauma serta sebab terjadinya trauma, trauma bencana yang dialami oleh para korban erupsi Merapi terutama anak-anak termasuk dalam trauma psikologis. Pengalaman yang luar biasa pada saat kejadian erupsi Merapi yang terjadi pada tanggal 5 November merupakan letusan terdahsyat setelah seratus tahun letusan sebelumnya. Peristiwa tersebut menyebabkan korban yang mengalami kejadian langsung kehilangan kontrol diri sehingga mengganggu keseimbangan psikologis korban. Selain itu kondisi lingkungan baru baik itu di barak pengungsian, sekolah membutuhkan yang penyesuaian menjadi beban mental tersendiri sehingga dapat mengganggu keseimbangan mental yang pada akhirnya dapat mengakibatkan trauma.

3.      Penyebab Trauma
Peristiwa yang mengerikan dan mengejutkan yang dapat menimbulkan gangguan kejiwaan merupakan salah satu respon emosional. Meurut Henley (2005: 7), tahapan respon emosi yang dapat menimbulkan sakit kejiwaan adalah respon terhadap stress yang berlebihan (2-3 hari), stress yang berlebihan (1 minggu-1 bulan) , dan post trauma stress disorder (lebih dari 1 bulan). Menurut Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (2012), ada tiga hal yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan psikologis akibat dari bencana, yaitu:
1.      Peristiwa bencana itu sendiri yang mengerikan, mengejutkan, dan mengancam keselamatan jiwa.
2.      Meninggalnya orang-orang yang disayangi dan hilangnya harta benda yang dimiliki.
3.      Kehilangan mata pencaharian dan sulitnya memenuhi kebutuhan dasar hidup. 
Menurut  Paula dan Gordon (2003: 20) trauma disebabkan karena beberapa hal, yaitu:
1.      Bencana alam
2.      Bencana yang disebabkan karena manusia
3.      Kehilangan logika
4.      Konflik dan kekerasan
      Faktor penyebab trauma yang telah disebutkan tersebut merupakan peristiwa yang mengejutkan dan mengerikan. Trauma sebenarnya akibat dari tingkat stress yang tinggi. Karena stress terhadap peristiwa yang telah terjadi berlebihan akhirnya akan meninggalkan bekas dalam jiwa dan pikiran seseorang, hal inilah yang menyebabkan trauma. Selama individu yang mengalami stress dapat membuat kontrol diri dan keyakinan yang kuat bahwa segalanya akan kembali normal dan individu mampu untuk kembali bangkit maka trauma dapat dihindari.
4.      Gejala Trauma Pada Anak Usia Sekolah
Setiap anak yang mengalami bencana alam sangat memugkinkan mengalami masalah psikologis mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Kondisi bencana yang dapat menimbulkan stress dan trauma menurut University of Illinois Extension Disaster Resources (Megawangi dan Amriel, 2006: 10-11) adalah sebagai berikut:
a.       Pengalaman atas kejadian bencana yang menakutkan, menyaksikan tragedi kematian atau kehancuran.
b.      Hancurnya rumah atau tempat tinggal.
c.       Tempat pengungsian yang padat, tidak nyaman, serta penuh tekanan.
d.      Butuhnya penyesuaian diri di tempat pengungsian, sekolah, kawan baru, dan lainnya.
e.       Terpisah atau kehilangan anggota keluarga.
f.       Tekanan ekonomi akibat kehilangan mata pencaharian
g.      Orang tua yang juga mengalami stress sehingga kurang mendapatkan perhatian dari orang tua.
h.      ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­Melakukan pekerjaan orang dewasa.
i.        Berkurangnya waktu bermain.
Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan munculnya trauma pada anak, sehingga anak menunjukkan gejala-gejala stress setelah bencana atau pasca-trauma (post-trauma stress disorder). Gejala yang muncul tiap anak berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia dan kehebatan kejadian yang dialami oleh anak. Selain itu gejala muncul secara berkepanjangan dan dalam waktu yang lama. Adapun gejala yang biasanya sering muncul pada anak usia sekolah dasar yang mengalami trauma dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Gejala Trauma Pada Anak
Usia
Akibat yang Normal
Reaksi Ketika sedang Stress
5-11 tahun
Perasaan gelisah, ketakutan
Perilaku regresif yang nampak jelas (kekanak-kanakan)
Mengeluh
Gangguan tidur
Senang menempel pada orang tua atau orang yang dianggap dekat
Takut terhadap cuaca
Pertanyaan yang agresif
Pusing, mual, timbul masalah penglihatan dan pendengaran
Berkompetisi dengan sebayanya/saudara untuk mencari perhatian orang lain
Ketakutan yang tidak beralasan
Menghindari atau malas sekolah
Menolak masuk sekolah, sulit konsentrasi, senang berkelahi
Mimpi buruk dan takut gelap
Tidak dapat beraktivitas dengan baik
Menyendiri dari kawan-kawan

Hilang minat/konsentrasi di sekolah

Sumber : Ratna Megawangi, 2006 : 16
           
Selain gejala yang muncul tersebut, anak-anak menjadi pemarah, suka berkelahi  dan suka membuat kekacauan. Gejala-gejala yang muncul tersebut tidak selalu dinampakkan. Terkadang gejala yang muncul pada anak akan nampak setelah sepekan kejadian, sebulan, atau setahun setelah kejadian.

1 komentar: