Rabu, 25 Juni 2014

KEPRIBADIAN KONSELOR



LATIHAN MENGENDALIKAN KECEMASAN, ASPEK INTELEKTUAL, POLA KOMUNIKASI KONSELOR

A.    Mengendalikan Kecemasan
Cara mengatasi kecemasan yaitu :
1.         Konselor konsentrasi, merenungkan, dan  memahami kecemasannya secara realistis.
2.         Konselor harus mampu memilah sebab kecemasan.
3.         Ditentukan penyebab yang tertinggi hingga yang teringan.
4.         Membuat alternatif pemecahan masalah.
Berikut ini beberapa terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi dalam membantu mangatasi gangguan kecemasan :

1.         Metode Desensitiasi
Deseensitiasi merupakan metode untuk mengurangi respons emosional yang menakutkan, mencemaskan, atau tidak menyenangkan melalui aktivitas yang bertentangan dengan respon yang menakutkan. Metode ini berasal dari aliran konseling behavioral yaitu melalui usaha yang dikondisikan dan dilakukan secara sistematik.
2.         Penyerahan Diri Pada Tuhan Yang Maha Esa
Prinsip teknik ini berprinsip pada ajarab agama bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah dan Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya. Sehingga dengan kembali kepada Tuhanlah manusia akan menemukan semua solusi melalui tawakal.
3.         Memperbaiki Kondisi
Banyak ahli berpendapat untuk mengurangi kecemasan dan depresi diatasi melalui perbaikan kondisi tubuh yaitu melalui olahraga, memperbaiki nutrisi.
4.         Mencari Jalan Keluar Masalah
Terapi kognitif dapat lebih efektif terhadap depresi dan kecemasan daripada obat-obatan. Untuk mengubah pandangan negatif  menurut ahli psikologi kognitif Los Angeles, seperti Dr. Gary Emery, digunalan 3 metode, yaitu :
a.       Awareness (kesadaran), dimulai dengan menyadari kondisi diri sendiri dan mengenali perubahan dan gejala saat mengalami kecemasan dan depresi.
b.      Answering (jawab),
c.       Action (aksi)
5.         Bersikap Sosial dan Memperbanyak Relasi Sosial
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa dengan memelihara hubungan pribadi dengan orang lain sangat banyak membantu meringankan kecemasan dan depresi daripada suka menyendiri.
6.      Periksakan Fungsi Thyroid
Menurut seorang metabolik, Joanne Carson bahwa kebanyakan depresi disebabkan karena ketidakseimbangan hormonal. Sehingga untuk mengetahui lebih jelas sebaiknya diperiksakan.
7.      Periksa Obat-Obatan yang Dikonsumsi
Obat yang diminum dapat mempengaruhi tubuh dan menimbulkan efek samping pada perasaan sehingga menyebabkan depresi sehingga sangat penting sekali untuk memeriksa obat-obatan yang diminum.

B.     Aspek Intelektual
Aspek intelektual merupakan aspek yang sangat penting bagi konselor. Melalui kemampuan intelektual seorang konselor memberikan altrernatif pemecahan masalah bagi klien. Oleh karena itu seorang konselor harus terus berlatih dalam rangka meningkatkan intelektual. Berikut ini latihan-latihan yang dapat diupayakan untuk meningkatkan intelektual :
1.      Latihan Intuisi. Intuisi merupakan kecerdasan untuk segera dan mereflektif mengambil informasi yag ada dalam perilaku nonverbal dan verbal. Seorang konselor harus memilik pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan agar memiliki kekuatan intuisi.
2.      Latihan Kemampuan Dramatik. Kemampuan dramatik merupakan kemampuan memerankan suatu peran dengan mengungkapkan gaya bicara, emosional, dan gerak nonverbal sesuai dengan skenario. Kemampuan dramatik memiliki dampak bagi calon konselor yaitu : (1) membuat kepekaan terhadap berbagai perilaku klien terutama nonverbal. (2) sebagai saranana penyaluran perasaan dan ide sehingga membantu konselor untuk menjadi asli,  jujur dan terbuka. Beberapa latihan yang dapan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dramatik yaitu : latihan memerankan, latihan menulis drama kecil,
3.      Kemampuan Humor. Melaui humor maka akan mencairkan ketegangan dan kecemasan, namun humor yang dugunakan harus sesuai dengan aturan dan tidak berlebihan. Beberapa syarat humor yang baik yaitu :
a.       Menggunakan humor pada situasi yang tepat.
b.      Objek humor harus disesuaikan dengan situasi lingkungnan.
c.       Jangan terlalu lama menggunakan humor.
d.      Melakukan diskusi dan evaluasi bersama pelatih dan pengamat.
4.      Latihan Sikap Fleksibel, yang termasuk sikap fleksibel yaitu :
a.       Menahan emosi saat klien mengemukakan sikap, emosi, pikirannya, dan selalu bersikap attending.
b.      Menciptakan suasana kondusif, sehingga klien dapat merasa nyaman dan membuka diri.
c.       Mengemukakan persetujuan terhadap ide klien yang baik dan mendiskusikan ide klien yang kurang baik.
d.      Mengembangkan ide klien yanng baik bersama klien agar klien mampu memecahkan masalah.

C.    Komunikasi Konselor
Pada dasarnya terdapat tiga pola komunikasi, yaitu :
1.      Komunikasi dengan tingkat keterlibatan konselor rendah (Under-participation), peilaku komunikasi ini dapat terlihat baik secara verbal (kalimat pendek, ucapan sering tidak diteruskan, terkadang mencela klien, kurang merespon) dan secara nonverbal (kaku, posisi badan menjauhi klien, mata sering berpaling, bahu membungkuk,, dll ), secara paralanguage (suara lunak, lemah, respons cenderung diam). Hal ini dapat disebabkan karena :
a.       Takut terlibat dengan klien dan masalahnya
b.      Adanya kecemasan atau sikap tertentu yang berhubungan ddengan ego.
c.       Kurang berminat dengan kehidupan konseling.

2.      Komunikasi dengan tingkat keterlibatan konselor tinggi (over-participation), gaya komunikasi konselor sebagai upaya untuk menutupi kecemasan, berorientasi pada aksi, senang menyampaikan pernyataan konfrontatif, sering melompat pada kesimpulan tanpa kesadaran dan pertimbangan klien. Pada komunikasi sini secara verbal memiliki ciri berbicara dengan kata tak berguna, sering mengulang-ulang kata, respons panjang-panjang dan sering menyimpang dari topik. Secara nonverbal banyak gerakan tubuh dan gelisah, banyak semangat dan ekspresi membingungkan. Secara paralanguage tempo bicara cepat, nada suara tinggi dan keras.
3.      Keterlibatan konselor mengacaukan (distracting participation), dalam berkomunikasi konselor kesulitan memfokuskan diri terhadap pesan utama atau masalah klien. Perilaku ini memiliki ciri secara verbal yaitu ucapannya membingungkan, pernyataan sebagai respon tidak mengenai stimulus utama dan menyimpang, pembicaraan sering menyimpang topik. Secara nonverbal respon kurang sesuai dengan stimulus, tertawanya kadang menandai kegugupan.
Untuk membina profesionalitas maka dibutuhkan latihan. Menurut Ferber (1972) ada empat program latihan, yaitu :
a.       Pengantar dan orientasi konseling, kegiatan ini bersifat teoritis yang berujung pada desain praktek yang terencana dan sistematik
b.      Pengamatan terhadap praktek lapangan yang dilakukan trainee
c.       Micro counseling, adalah pelatihan setiap teknik dalam bentuk simulasi.
d.      Macro counseling, adalah latihan dengan menggunakan semua teknik yang telah dilatihkan terhadap klien keluarga secara simulatif,



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar