Jumat, 07 Maret 2014

PENCINTA SEJATI




                Dunia remaja merupakan dunia yang sangat dekat sekali dengan “cinta” terutama cinta dengan lawan jenis. Cinta merupakan anugrah, wajar saja ketika muncul rasa tertarik atau bahkan cinta dengan lawan jenis karena cinta adalah fitrah. Namun bila melihat hakikat makna cinta, bagaimanakah mengelola energi cinta? Sekali lagi jatuh cinta adalah hal yang wajar, namun yang tidak wajar adalah ketika ekspresi cinta itu berlebihan bahkan mungkin melebihi ekspresi cinta kita kepada Sang Pemberi Rasa Cinta.
Seringkali timbul permasalahan dan perdebatan lalu bagaimanakah mengelola energi cinta? Atau adakah pacaran dalam Islam? Jika timbul pertanyaan tersebut, maka masing-masing dari kita harus menjawab terlebih dahulu, sebenarnya apakah hakikat dari makna cinta, dan dari manakah munculnya rasa cinta ?
Cinta adalah anugrah dari Allah kepada seluruh makhluknya. Allah memiliki begitu banyak sifat yang salah satunya adalah Al Waduud (Yang Maha Mencintai) dan cinta yang tumbuh pada manusia merupakan bagian kecil dari Cinta Allah yang dianugrahkan kepada manusia. Cinta yang sejati adalah cinta yang muncul dari hati yang suci pula. Jadi pecinta sejati adalah seseorang memiliki rasa cinta yang berasal dari ketulusan hati. Lalu bagaimanakah ketulasan itu? Ketika kita memiliki sesuatu yang sangat kita cintai, apakah yang akan kita lakukan ?  kita akan berus
aha untuk menjaganya agar tetap baik bukan, bahkan menyimpannya di tempat yang bersih dan aman. Dan begitu pula dengan seorang pecinta sejati. Ketika seseorang benar-benar memiliki cinta suci, maka ia akan berusaha menjaga yang dicintainya dengan tidak merusaknya. Karena cinta adalah kesucian dan cinta berasal dari hati yang disematkan Allah. Sesuatu yang berasal dari Allah adalah suci dan akan kembali kepadanya dengan kondisi suci dulu.
Ada banyak ungkapan bahwa cinta itu buta. Namun pada hakikatnya apakah benar-benar cinta itu buta? Yang tepat adalah bahwa cinta itu tidak ada yang buta, namun cinta yang suci itu telah dibutakan oleh nafsu belaka. Yaitu nafsu gemerlapnya dan iming-iming keindahan dunia, sehingga kita tidak dapat lagi membedakan apakah ini cinta atau nafsu. Apabila kita benar-benar memahami makna cinta maka kita dapat menjawabnya.
Menjadi pecinta sejati adalah ketika ia mengelola energi cintanya hanya kepada Allah, bukan atas dasar duniawi saja. Pecinta sejati adalah seseorang yang senantiasa menjaga kesucian cinta hanya untuk yang berhak dan pada waktu yang tepat. Pencinta sejati bukanlah orang yang menunjukkan ekpresi cintanya kepada siapapaun karena ia akan senantiasa menjaganya. Pecinta sejati adalah seseorang yang memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga cinta dan tidak mudah tertipu. Dan bagi para pecinta sejati, Allah hanya akan memberikan pecinta sejati hanya kepada orang yang memiliki cinta sejati.
Dari sini kita dapat menjawab berrsama bahwa dalam Islam tidak ada larangan seseorang untuk jatuh cinta, namun yang perlu dijauhi adalah ketika cinta itu telah dibutakan nafsu sehingga kita merusak cinta itu. Dalam Islam tak ada larangan jatuh cinta namun yang harus diwaspadai adalah mengekspresikan cinta yang tidak sesuai dangan jararan agama kita. Dalam Islam tak ada larangan untuk bergaul dengan lawan jenis, namun yang harus dijauhi adalah pergaulan yang menyalahi aturan.
“Bagi kita mudah sekali untuk jatuh cinta
namun tak mudah bagi kita untuk dapat membangun cinta”

Allahu a’lam….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar