Dunia
remaja merupakan dunia yang sangat dekat sekali dengan “cinta” terutama cinta
dengan lawan jenis. Cinta merupakan anugrah, wajar saja ketika muncul rasa
tertarik atau bahkan cinta dengan lawan jenis karena cinta adalah fitrah. Namun
bila melihat hakikat makna cinta, bagaimanakah mengelola energi cinta? Sekali lagi jatuh cinta adalah hal yang
wajar, namun yang tidak wajar adalah ketika ekspresi cinta itu berlebihan
bahkan mungkin melebihi ekspresi cinta kita kepada Sang Pemberi Rasa Cinta.
Seringkali timbul
permasalahan dan perdebatan lalu bagaimanakah mengelola energi cinta? Atau
adakah pacaran dalam Islam? Jika
timbul pertanyaan tersebut, maka masing-masing dari kita harus menjawab
terlebih dahulu, sebenarnya apakah hakikat dari makna cinta, dan dari manakah
munculnya rasa cinta ?
Cinta adalah anugrah dari
Allah kepada seluruh makhluknya. Allah memiliki begitu banyak sifat yang salah
satunya adalah Al Waduud (Yang Maha
Mencintai) dan cinta yang tumbuh pada manusia merupakan bagian kecil dari Cinta
Allah yang dianugrahkan kepada manusia. Cinta yang sejati adalah cinta yang
muncul dari hati yang suci pula. Jadi pecinta sejati adalah seseorang memiliki
rasa cinta yang berasal dari ketulusan hati. Lalu bagaimanakah ketulasan itu?
Ketika kita memiliki sesuatu yang sangat kita cintai, apakah yang akan kita
lakukan ? kita akan berus
aha untuk menjaganya agar tetap baik bukan, bahkan menyimpannya di tempat yang bersih dan aman. Dan begitu pula dengan seorang pecinta sejati. Ketika seseorang benar-benar memiliki cinta suci, maka ia akan berusaha menjaga yang dicintainya dengan tidak merusaknya. Karena cinta adalah kesucian dan cinta berasal dari hati yang disematkan Allah. Sesuatu yang berasal dari Allah adalah suci dan akan kembali kepadanya dengan kondisi suci dulu.
aha untuk menjaganya agar tetap baik bukan, bahkan menyimpannya di tempat yang bersih dan aman. Dan begitu pula dengan seorang pecinta sejati. Ketika seseorang benar-benar memiliki cinta suci, maka ia akan berusaha menjaga yang dicintainya dengan tidak merusaknya. Karena cinta adalah kesucian dan cinta berasal dari hati yang disematkan Allah. Sesuatu yang berasal dari Allah adalah suci dan akan kembali kepadanya dengan kondisi suci dulu.
Ada banyak ungkapan bahwa cinta itu buta. Namun pada hakikatnya
apakah benar-benar cinta itu buta? Yang tepat adalah bahwa cinta itu tidak ada
yang buta, namun cinta yang suci itu telah dibutakan oleh nafsu belaka. Yaitu nafsu
gemerlapnya dan iming-iming keindahan dunia, sehingga kita tidak dapat lagi
membedakan apakah ini cinta atau nafsu. Apabila kita benar-benar memahami makna
cinta maka kita dapat menjawabnya.
Menjadi pecinta sejati
adalah ketika ia mengelola energi cintanya hanya kepada Allah, bukan atas dasar
duniawi saja. Pecinta sejati adalah seseorang yang senantiasa menjaga kesucian
cinta hanya untuk yang berhak dan pada waktu yang tepat. Pencinta sejati
bukanlah orang yang menunjukkan ekpresi cintanya kepada siapapaun karena ia
akan senantiasa menjaganya. Pecinta sejati adalah seseorang yang memiliki
komitmen untuk senantiasa menjaga cinta dan tidak mudah tertipu. Dan bagi para
pecinta sejati, Allah hanya akan memberikan pecinta sejati hanya kepada orang
yang memiliki cinta sejati.
Dari sini kita dapat
menjawab berrsama bahwa dalam Islam tidak ada larangan seseorang untuk jatuh
cinta, namun yang perlu dijauhi adalah ketika cinta itu telah dibutakan nafsu
sehingga kita merusak cinta itu. Dalam Islam tak ada larangan jatuh cinta namun
yang harus diwaspadai adalah mengekspresikan cinta yang tidak sesuai dangan
jararan agama kita. Dalam Islam tak ada larangan untuk bergaul dengan lawan
jenis, namun yang harus dijauhi adalah pergaulan yang menyalahi aturan.
“Bagi kita mudah
sekali untuk jatuh cinta
namun tak mudah bagi
kita untuk dapat membangun cinta”
Allahu a’lam….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar